Jangan kau ajari aku bagaimana caranya ber-pura-pura tersenyum saat luka mendera. Aku telah hafal ribuan air mata yang di-sembunyi dibalik tawa. Aku telah hafal cara menyembunyi luka dibalik canda.
Dengan mencintai-mu. Telah ribuan duka yang ku-sembunyi di balik tegar. Yang ku- sembunyi di balik abai. Yang ku-sembunyi di balik sajadah.
Pada setiap luka yang telah ada, mengapa aku masih saja mempertahankan-mu dalam lirih. Pada setiap kode yang ku-beri apa kau benar tak pernah mengerti? Atau aku yang tak pernah mengerti kau telah menyuruh-ku pergi?
Kemana hati harus ku-bawa pergi jika duka-lara telah menyelimuti harapan?
Pada patah, pada ke-payahan, ku-upayakan untuk membuatnya tegap dalam lupa. Lupa bahwa aku pernah punya harap. Lupa bahwa aku pernah punya rasa. Lupa bahwa aku pernah punya doa untuk-mu.
Untuk melupa tentangmu, aku masih begitu ragu.